Lazis Khoiru Ummah

Kisah Abu Darda, Sahabat Kaya yang “Berbisnis” dengan Allah

Berniaga atau berbisnis merupakan pekerjaan yang biasa digeluti oleh para sahabat Nabi. Namun dari pekerjaannya itu, mereka tidak lalai dalam melaksanakan ibadah. Kisah Abu Darda menjadi catatan sejarah yang sebaiknya terus diingat oleh para pebisnis muslim saat ini.

Sebagai muslim, dalam berbisnis tidak melulu tentang kuantitas. Agama Islam telah memberikan pedoman agar bisnis kaum muslim menjadi berkualitas. Itulah yang ditempuh oleh sahabat Abu Darda. Sehingga selain bisnis menjadikannya kaya raya, hidupnya pun penuh dengan keberkahan.

Lantas bagaimana cara bisnis yang beliau lakukan dalam hidupnya? 

Sekilas Tentang Abu Darda

Sahabat Abu Darda, Sumber: katadata.co.id
Sahabat Abu Darda, Sumber: katadata.co.id

Hingga saat ini belum ada data lengkap mengenai silsilah Abu Darda. Dari sebagian sumber dijelaskan, Abu Darda dahulunya merupakan orang Yahudi yang berada di Madinah. Maka tidak mengherankan jika banyak yang mengatakan bahwa beliau termasuk sahabat Nabi yang akhir masuk Islam.

Tetapi yang dikenang banyak orang Abu Darda adalah sahabat Nabi yang zuhud. Meskipun dalam hidupnya beliau memiliki kecukupan harta dari hasil bisnisnya, beliau memilih untuk hidup sederhana. Terlebih setelah masuk Islam, kematangan diri semakin menjadikannya bijaksana.

Salah satu cerminan sikap zuhudnya tampak ketika beliau mendapat tawaran dari Khalifah Umar bin Al Khattab. Sang khalifah memintanya untuk menjadi hakim di Suriah, namun beliau menolaknya. Tetapi ketika khalifah menyuruhnya mengajarkan Islam di kota yang sama, beliau bersedia. Beliau begitu memahami ilmu yang disampaikannya akan menjadi pahala yang tidak terputus.

Sedangkan kebijaksanaannya terpancar dalam caranya berbisnis. Bisnis yang dilakukannya bukanlah dengan penuh perhitungan sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang. Namun bisnis yang dilakukannya adalah dengan cara “berniaga” bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Begitulah Abu Darda. Meskipun beliau masuk Islam lebih akhir dari sahabat lain, namun sejarah menuliskan dirinya dengan tinta emas.

Bisnis Ala Abu Darda

Tak pernah lalai dalam beribadah, Sumber: transtv.co.id
Tak pernah lalai dalam beribadah, Sumber: transtv.co.id

Dalam menjalankan bisnis, Abu Darda percaya sepenuhnya bahwa Allah lah pemilik harta. Maka apapun keadaan bisnisnya, beliau tidak pernah lalai dalam menunaikan ibadah. Baik di kala sepi maupun di kala ramai, beliau selalu beribadah tepat pada waktunya.

Suatu ketika Abu Darda pernah bertutur yang artinya,

Sesungguhnya saya berdiri di jalan ini untuk berjualan. Saya mendapatkan keuntungan tiga ratus dinar sehari. Saya shalat setiap hari di masjid. Saya tidak mengatakan bahwa harta tersebut tidak halal. Tetapi saya ingin menjadi orang yang termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah”. (Tafsir Ibn Abi Hatim VIII/2607 No. 14648)

Di sinilah kebijaksanaan beliau terpancar. Beliau lebih memilih untuk meninggalkan perniagaan dan menegakkan shalat. Sebab beliau tahu, keuntungan dari mengerjakan shalat tepat pada waktunya jauh lebih besar.

Beliau begitu memahami bahwa harta dunia hanya bersifat sementara. Sedangkan kehidupan di akhirat adalah kekal selamanya. Mengerjakan shalat tepat waktunya lebih menjamin kehidupan akhirat daripada tetap melakukan bisnis.

Hikmah dari kisah Abu Darda dalam berbisnis tersebut sudah sepantasnya dicontoh oleh generasi muslim saat ini. Berniaga pada Allah adalah dengan mengutamakan perintahNya daripada keinginan manusia. Meskipun niaga sedang ramai pembeli, bersegera melaksanakan perintah saat tiba waktunya adalah perniagaan yang lebih baik.

Apalagi jika selain mengutamakan perintah Allah, niaga yang dilakukan juga dilengkapi dengan amalan sedekah. Sedekah memiliki banyak keutamaan yang salah satunya berpengaruh pada kelancaran bisnis. Kedermawanan Utsman bin Affan dapat dijadikan sebagai contoh. Bahwa ketaatan yang diimbangi dengan sedekah menjadi kunci penting bagi para pebisnis.

Jaminan dari Allah

Jaminan Allah dalam Al-Quran, Sumber: ganaislamika.com
Jaminan Allah dalam Al-Quran, Sumber: ganaislamika.com

Tentu pemahaman Abu Darda akan jaminan Allah lah yang membuatnya menempuh cara bisnis itu. Beliau memahami bahwa jaminan yang akan Allah berikan jauh lebih besar keuntungannya daripada bisnis dengan manusia.

Dalam Surat An Nur ayat 37-38, Allah menjelaskannya tentang jaminan bagi yang mau meninggalkan niaga karenaNya. Allah berfirman yang artinya,

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah dan (dari) mendirikan shalat dan (dari) membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (pada har itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan bagi mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”.

Dengan mengamalkan ayat di atas, Abu Darda terbukti menjadi orang yang kaya. Sebab pada dasarnya kaya tidaknya manusia sudah ditetapkan. Bisnis dan pekerjaannya hanyalah wasilah untuk mendatangkan harta. Banyak sedikit yang akan didapat, mutlak milik Allah.

Jika saat berbisnis dengan cara Abu Darda tak kunjung mendatangkan hasil, sedekah perlu dijadikan sebagai amalan tambahan. Sebab sedekah dapat menarik rezeki jika dilakukan tulus karena Allah, bukan karena harta. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah”. (HR Baihaqi)

Salurkan Sedekah Anda

Lembaga Amil Zakat Laziskhu. Sumber: laziskhu.org
Lembaga Amil Zakat Laziskhu. Sumber: laziskhu.org

Nah, bagaimana setelah membaca kisah Abu Darda? Apakah Anda juga ingin menerapkan cara yang sama? Jika ingin berhasil, belajar hikmah dari Abu Darda tidak hanya dalam cara bisnis, namun juga dari keseharian hidupnya.

Abu Darda terkenal sebagai orang yang sederhana. Selain itu beliau juga sosok yang peduli pada sesama. Tentu amalan zakat dan sedekah menjadi kebiasaan dalam hidupnya. 

Maka jika dalam hati terbesit rasa ingin sedekah, sebaiknya Anda segera menunaikannya. Baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Apalagi saat ini telah banyak layanan sedekah online yang memudahkan untuk menyalurkan kepedulian.

Cara dan sedekah merupakan amalan yang sebaiknya tidak ditinggalkan oleh para pebisnis. Sebab keduanya bagaikan dua sisi mata uang. Akan saling melengkapi jika dikerjakan.

Laziskhu menyediakan layanan untuk menerima dan menyalurkan sedekah Anda. Dengan survey yang dilakukan secara cermat, sedekah yang masuk akan didistribusikan secara tepat pada mereka yang berhak. 

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan setiap usaha yang ditempuh setiap hambaNya. Serta menjadikan mudah pada usaha setiap hamba yang ringan dalam sedekah.