Hawari Rasulullah, itulah yang akan diingat saat mengenang kisah Zubair bin Awwan. Sebagai sahabat yang dijamin masuk surga, beliau memiliki segudang amalan dalam hidupnya. Selain dakwah dan ibadah, beliau juga terkenal sebagai sosok yang dermawan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga”. (HR At Tirmidzi)
Sebagai orang yang dermawan, lantas apa yang dilakukan oleh Zubair bin Awwam sehingga dijamin masuk surga?
Mengenal Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwah merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang masuk dalam as sabiqunal awwalun, atau orang yang pertama masuk Islam. Dan sekaligus menjadi hawari Rasulullah.
Melalui sabdanya, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menuturkan yang artinya,
“Setiap Nabi memiliki hawari (penolong), dan penolongku adalah Zubair bin Awwam”. (HR Bukhari)
Kedekatan Rasulullah dengan sahabat satu ini begitu erat. Selain disebabkan dirinya merupakan penjaga setia Rasulullah, Zubair bin Awwam juga memiliki hubungan keluarga dengan Nabi.
Zubair merupakan putra dari Al Awwam bin Khuwailid bin Asad. Maka, ayahnya merupakan saudara dari ibunda Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sedangkan ibunya adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib, anak paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka, dengan adanya ikatan akidah dan kekeluargaan, tidak mengherankan jika Zubair bin Awwam menjadi teman setia sang Nabi.
Zubair sendiri masuk Islam ketika berusia 15 tahun. Disebabkan menjadi muslim di usia muda dan mendapat bimbingan dari Rasulullah, Zubair pun menjadi muslim yang taat. Dengan ketaatannya, hikmah dari kisah Zubair bin Awwam semasa hidupnya selalu menginspirasi siapapun.
Bagaimana tidak, ketika Rasulullah mendapat gangguan di Makkah pada awal dakwah, Zubair bin Awwam lah yang memberi perlindungan. Bahkan dirinya menjadi orang pertama dalam Islam yang menghunuskan pedangnya demi melindungi sang Nabi.
Tidak hanya dalam perjuangan dakwah bersama Rasulullah, Zubair pun dikenal lekat dengan kedermawanan. Beliau memahami, harta yang dikeluarkannya akan menjadi pahala yang tidak terputus. Maka, beliau pun tidak pernah pelit mengeluarkan harta untuk dakwah dan membantu sesama.
Kedermawanan Zubair bin Awwam

Lalu apa yang dilakukan Zubair bin Awwam dengan hartanya sehingga namanya abadi sebagai orang yang dermawan? Berikut adalah beberapa kisah Zubair bin Awwam dalam kedermawanan:
1. Dalam Sedekah
Kedermawanan sahabat satu ini tentu tak lepas dari sedekah yang dilakukannya. Sebagai pengusaha yang sukses, beliau rajin dalam bersedekah. Bahkan suatu ketika beliau pernah membagikan seluruh hartanya kepada orang-orang fakir.
Dalam sebuah riwayat, Ka’ab menuturkan tentang sedekah Zubair yang artinya,
“Az Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang dikeluarkan untuk perjuangan dan tidak ada satu dirham pun yang masuk ke dalam rumah. Beliau menyedekahkan seluruh hartanya”.
Zubair paham betul adanya anjuran untuk bersedekah dalam Islam. Dengan pemahamannya itu, beliau tidak khawatir dengan sedekah yang dilakukannya.
Rata-rata sahabat Nabi memang memiliki sikap kedermawanan yang tinggi. Baik sahabat yang kaya maupun yang miskin, terus berlomba dalam bersedekah. Selain Zubair, kedermawanan Utsman bin Affan juga tidak kalah populer dalam urusan sedekah.
2. Dalam Wasiat
Selain itu kisah Zubair bin Awwam dalam kedermawanan juga terpancar ketika dirinya memberikan wasiat sebelum meninggal dunia. Beliau memiliki beberapa wasiat yang harus ditunaikan sang anak sepeninggal dirinya.
Wasiat yang pertama adalah beliau mengharuskan seluruh biaya dari pemakamannya diambil dari hartanya. Sebelum warisan dibagikan, hartanya harus diambil terlebih dahulu untuk biaya pemakaman.
Sedangkan yang kedua, beliau mewasiatkan pada anaknya untuk membayarkan hutangnya jika beliau punya hutang. Dalam sebuah riwayat terdapat sebuah penjelasan yang artinya,
“Jika engkau tidak sanggup membayar hutang saya, maka minta tolonglah kepada Tuanku”. Abdullah pun bertanya, “Siapakah yang engkau maksud dengan tuan itu?”. Beliau menjawab, “Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong”. Lalu Abdullah berkata, “Demi Allah saya tidak pernah kesusahan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata, wahai pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair, maka Dia pun menggantinya”. (HR Bukhari)
Mengapa dikatakan jika Zubair memiliki hutang? Sebab Zubair bin Awwam terkenal sebagai orang yang amanah. Sehingga banyak orang yang menitipkan harta kepadanya. Setiap ada yang menitipkan harta, Zubair menganggapnya sebagai hutang.
Dan wasiat ketiga adalah Zubair menginginkan sepertiga dari hartanya dimasukkan dalam infak di jalan Allah sebelum dibagikan sebagai warisan.
Nah, itulah keistimewaan kisah Zubair bin Awwam yang menjadikannya sebagai sosok yang terkenal dermawan. Jika Anda terinspirasi dengan kisah tersebut, sebaiknya Anda segera mencari tempat untuk menyalurkan sedekah yang terpercaya. Baik pada lembaga seperti Laziskhu, maupun kepada tempat ataupun sasaran yang sudah dikenal.
Harta Bagi Seorang Muslim
Zubair bin Awwam begitu memahami, bahwa harta yang ada dalam kekuasaannya bukanlah miliknya. Beliau hanya diberikan hak guna, bukan hak untuk memiliki. Sedangkan yang memiliki adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pilihannya untuk mendermakan sebagian harta merupakan sebuah kebenaran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 92 yang artinya,
“Tidak akan sekali-kali kamu memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apapun yang kamu infakkan, sungguh Allah Maha Mengetahui tentangnya”.

Dengan demikian ketika muncul keinginan untuk mendermakan harta di jalan Allah, sebaiknya segera dilakukan. Baik itu didermakan secara langsung maupun didonasikan melalui layanan sedekah online. Sebab sejatinya ketika ada keinginan tersebut, Allah sedang menghendaki kebaikan pada seorang hamba.
Tentunya harta yang dikeluarkan untuk berinfak maupun bersedekah tidak melebihi batas. Dalam artian tidak menimbulkan kezaliman pada keluarga sebab kekurangan setelah derma yang dilakukan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti sebaik-baiknya bagi hamba yang dermawan. Dan menjadikan hidupnya di dunia sebagai hidup berkah penuh kebahagiaan.