Selain keberkahan hidup, pahala menjadi motivasi setiap muslim dalam beramal. Sebagai agama rahmat, Islam pun memberi beragam alternatif cara untuk mendapatkannya. Salah satu yang telah dijelaskan syariat adalah pahala memberikan buka puasa.
Sebagai salah satu pelengkap rukun Islam, syariat puasa kedudukannya begitu penting. Tidak hanya yang melaksanakan, bahkan pahala juga Allah Ta’ala sediakan bagi yang memberinya konsumsi untuk berbuka yang biasa disebut dengan takjil.
Dalam berbagai dalil, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya telah menjelaskan keutamaan memberi takjil. Keutamaan tidak hanya berlaku pada puasa Ramadhan, namun juga pada puasa sunnah. Hal ini tentu menjadi kabar yang membahagiakan bukan?
Pahala Memberikan Buka Puasa
Saat berbuka, seseorang akan mendapatkan kebahagiaan. Setelah seharian menahan haus dan lapar, momen berbuka menjadi lebih terkesan ketika ada makan dan minum yang telah disiapkan.
Meskipun pada dasarnya orang yang berpuasa telah menyiapkan menu berbuka, tetapi ada momen tertentu dimana adanya takjil sangat dinanti. Momen tersebut terjadi ketika kaum muslim melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Kesempatan tersebut sebaiknya jangan sampai terlewatkan. Terlebih hadits memberi makan kepada orang yang berpuasa menjelaskan adanya pahala di dalamnya.
Salah satu hadits populer adalah apa yang pernah disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang artinya,
“Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR Tirmidzi No.807)
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas menjadi motivasi sekaligus penjelas. Bahwa mendapatkan pahala di dalam Agama Islam bisa diraih dengan mudah. Kunci dari setiap amalan hanya satu, yaitu niat tulus karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, maka Allah lah yang akan memberi pahala.
Apa yang Harus Diberikan?
Salah satu yang sering menjadi kendala adalah seseorang bingung mengenai apa yang hendak diberikan. Baik karena alasan tidak enak maupun yang lain, amalan satu ini tak kunjung dilakukan oleh kaum muslim.
Ia kerap berpikir apa yang akan diberikan hingga banyak atau layak. Padahal dalam penilaian setiap manusia, layak dan tidaknya sesuatu itu berbeda. Bahkan seringkali karena terlalu lama menunggu, amalan pun batal dilakukan.
Sedekah memberi makan orang tidak dibatasi oleh syariat Islam. Artinya, apapun yang akan diberikan, Allah Subhanahu wa Ta’alalah yang mengetahui pahalanya. Bisa jadi meskipun yang diberikan kadarnya sedikit, akan lebih nikmat bagi orang yang berbuka. Apalagi jika yang diberikan tersebut merupakan harta halal lagi berkah, tentu pahala memberikan buka puasa yang didapatkan akan semakin banyak.

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan penjelasan terkait berbagi makanan kepada orang lain. Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Jagalah diri kalian dari api neraka meskipun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang tidak mendapatkannya maka ucapkanlah perkataan yang baik.” (HR Bukhari No. 1413)
Apa yang menjadi kabar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut sepatutnya menjadi solusi. Sedekah tidak perlu menunggu memiliki harta yang banyak. Jika sudah memiliki niat, maka akan lebih baik untuk melakukannya dan mendapatkan pahala sedekah sebagai tabungan akhirat.
Kecenderungan niat manusia itu mudah berubah. Bisa jadi ketika menunggu kadar apa yang akan diberikan lebih banyak, dikhawatirkan pada saat itu kondisi niat sudah berubah. Baik karena pengaruh kebutuhan hidup maupun hajat kemanusiaan lain.
Berbagi Makanan Untuk Berbuka Puasa, Satu Amalan yang Istimewa
Berbagi makan atau minum untuk berbuka puasa merupakan amalan istimewa. Pasalnya selain pahala memberi makan orang lain yang akan didapat, juga menguatkan sendi sosial. Saat seseorang saling berbagi kepada sesama, kehidupan sosial pun akan semakin damai dan menentramkan.
Berbeda ketika manusia hidup hanya mementingkan diri sendiri. Apa yang dilakukannya hanya untuk perutnya. Ketamakan yang terjadi diantara manusia lambat laun akan menghasilkan permusuhan dan kehancuran.
Di sinilah satu peran dari adanya manusia. Menggunakan hartanya untuk urusan sosial adalah tujuan dijadikannya manusia sebagai khalifah di bumi. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya,
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Memberikan makan untuk berbuka puasa merupakan bagian dari sedekah. Dengan demikian tidak ada ketentuan dalam syariat tentang kadar maupun target. Sedekah tersebut bisa diberikan kepada siapapun dan kapanpun.
Tetapi jika takut menyinggung jika hanya memberi dengan kadar sedikit, sebaiknya Anda mencari solusi lain. Hal tersebut salah satunya adalah upaya untuk menghindarkan habisnya harta jika tak segera disedekahkan.
Sedekah Menu Berbuka Puasa Bersama LAZISKHU
Untuk Anda yang ingin bersedekah menu berbuka puasa tetapi memiliki keterbatasan waktu dan merasa bingung terkait target yang hendak diberikan, LAZISKHU hadir untuk membantu Anda merealisasikannya.
Selain menyalurkan kepada sasaran yang tepat LAZISKHU juga mengelola titipan para donatur. Dari apa yang telah dititipkan oleh para donatur, nantinya akan dikumpulkan dan dijadikan menu layak bagi orang yang berbuka puasa.

Tidak hanya itu, LAZISKHU menyediakan layanan sedekah buka puasa online. Dengan layanan ini, Anda bisa bersedekah kapanpun dan dimanapun tanpa terhalang ruang dan waktu.
Sekedar informasi, puasa adalah ibadah istimewa untuk Allah. Dan Allah sendiri yang tahu kadar pahala yang diberikan pada yang menunaikan.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan bahwa Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu (Allah). Puasa adalah untuk Ku (Allah) dan Aku akan memberi balasannya sedangkan suatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR Bukhari)
Jika puasa itu istimewa di sisi Allah, lantas bagaimana kedudukan orang yang memberi makan kepadanya?