Syariat Islam memiliki penjelasan yang menyeluruh terkait kehidupan. Perbedaan fakir dan miskin termasuk dalam aspek yang telah ada penjelasannya. Hal ini tentunya memudahkan dalam merespon keberadaan mereka, khususnya bagi setiap muslim yang ingin memberikan kepedulian.
Fakir dan miskin merupakan istilah yang familiar. Meskipun keadaan keduanya berada dalam kekurangan, namun keduanya memiliki perbedaan. Hingga saat ini masih ada saja masyarakat yang menganggap kedua istilah tersebut mempunyai kesamaan makna.
Nah, dalam pembahasan kali ini akan diulas mengenai perbedaan antara fakir dan miskin. Simak ulasan berikut dan dapatkan informasinya!
Eksistensi Fakir dan Miskin

Secara spesifik, syariat Islam telah menempatkan fakir dan miskin dalam keadaan yang berbeda. Dengan demikian kriteria fakir miskin menurut Islam tentu berbeda.
Terkait keduanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat At Taubah ayat 60 yang artinya,
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, muallaf, (untuk memerdekakan) hamba sahaya, (untuk membebaskan) orang yang berhutang, (untuk berjuang) di jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan sebagai bentuk kewajiban dari Allah”.
Dalam ayat orang yang berhak menerima zakat tersebut, dengan jelas Allah memasukkan fakir dan miskin berbeda dalam klasifikasi kepemilikan hak. Fakir lebih berhak menerima zakat daripada miskin, sehingga fakir menduduki urutan lebih awal daripada miskin.
Dengan demikian walaupun zakat bisa menjadi amalan untuk melancarkan rezeki, alokasinya tetap harus tepat. Ketepatan alokasi akan berdampak pada efek dari pelaksanaan syariat zakat.
Dari ayat itu pun sudah menggambarkan bahwa eksistensi fakir dan miskin berbeda. Apalagi ditambah dengan adanya sikap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang juga berbeda terhadap keduanya.
Terhadap kefakiran, suatu ketika beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berdoa yang artinya,
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kefakiran, kekurangan dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari kedzaliman dan mendzalimi orang lain”. (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Doa Rasulullah itu menjelaskan betapa keberadaan fakir begitu rawan. Sehingga kefakiran mendekatkan seseorang kepada kekufuran. Jika ingin keimanan selamat, hendaknya setiap muslim berupaya dengan sekuat tenaga agar terhindar dari kefakiran. Diiringi dengan doa yang diajarkan Nabi yang mulia tersebut.
Sedangkan kepada kemiskinan, sikap beliau begitu berbeda. Dalam doanya yang lain, seakan beliau berharap Allah akan memasukkan belia ke dalam golongan orang-orang yang miskin.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa yang artinya,
“Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan bangkitkanlah aku ketika hari kiamat kelak bersama orang-orang yang miskin”. (HR At Tirmidzi)
Sekilas seakan doa beliau tersebut terkesan aneh. Namun beliau adalah Nabi, dimana yang beliau ketahui lebih luas daripada umatnya.
Bisa jadi beliau berdoa yang seperti itu adalah untuk menunjukkan keberpihakan. Sebab nyatanya mayoritas di masa awal yang menyambut dakwah beliau adalah orang-orang miskin. Selain itu orang miskin juga akan lebih cepat hisabnya di hari akhir kelak.
Selain itu meskipun tampak ciri-ciri miskin pada diri seseorang, dirinya tetap masih bisa melakukan amalan seperti sedekah dengan apa yang dimiliki. Dalam artian, orang miskin lebih memiliki peluang untuk menjaga keimanan dan melakukan amal sholeh daripada orang fakir.
Dengan perbedaan dari eksistensi fakir dan miskin yang berbeda dalam pandangan syariat, setiap muslim bisa mengutamakan yang mana dalam hal kepedulian. Dan jika ada sebagian dari kita yang masuk dalam salah satu dari keduanya, sedekah saat sempit sebaiknya tidak dilakukan jika belum melakukan pertimbangan yang matang.
Perbedaan Fakir dan Miskin

Dengan berlandaskan dalil di atas, umat Islam bisa memaknai perbedaan fakir dan miskin dalam Islam. Dan untuk memudahkan pemahaman, mengetahui makna fakir dan miskin dari sisi bahasa serta para ahli akan lebih baik.
Secara bahasa fakir berasal dari kata faqrun yang berarti tulang punggung atau yang terlepas darinya sesuatu.
Sehingga arti fakir dalam Islam dapat dipahami sebagai seseorang yang belum mampu memenuhi kebutuhannya meskipun telah bekerja sekuat tenaga. Karena kuatnya bekerja, seakan tulang punggungnya terlepas.
Sedangkan miskin berasal dari kata sakana yang berarti tempat bernaung atau ketenangan. Maka orang miskin sejatinya telah memiliki pemasukan yang hampir mencukupi kebutuhannya. Sebab adanya kekurangan yang sedikit itulah membuat dirinya merasa tidak tenang.
Dari makna tersebut dapat diketahui bahwa fakir adalah orang yang tidak punya harta dan tidak punya pekerjaan tetap untuk mencukupi. Sedangkan miskin adalah mereka yang belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Adanya kedua fenomena ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun dari faktor yang ada, sejatinya syariat hanya membatasi perhatian yang bisa diberikan kepada mereka adalah jika masih ada kemauan dari mereka untuk berjuang.
Sedangkan bagi mereka yang masuk dalam kedua fenomena ini dengan sebab kemalasan, maka syarat Islam tidak menganjurkan untuk memberikan kepedulian. Sehingga jika ingin memberikan kepedulian tidak boleh sembarangan. Menyalurkan kepedulian melalui layanan sedekah online akan lebih baik jika belum memiliki informasi terkait target penyaluran.
Salurkan Kepedulian Anda

Saat ini untuk menyalurkan kepedulian kepada fakir dan miskin sudah semakin mudah. Adanya lembaga sosial seperti Laziskhu dapat dimanfaatkan agar kepedulian yang disalurkan lebih tepat sasaran.
Selain itu, dengan mempercayakan kepedulian melalui lembaga akan lebih efektif. Sebab selain disalurkan dalam bentuk dana, seringkali lembaga juga memberikan pembinaan. Dengan adanya dana dan keterampilan, akan menjadikan fakir dan miskin lebih mudah untuk kembali menuju produktif.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kemudahan bagi setiap hambaNya untuk bebas dari jurang kefakiran dan kemiskinan. Serta memberikan kehidupan yang penuh berkah bagi setiap muslim yang mau peduli kepada saudaranya yang berada dalam kesusahan.