Momen Idul Adha begitu menarik antusias umat Islam. Pasalnya selain sebagai hari raya, di dalamnya ada satu rangkaian ibadah yang dinanti, yaitu penyembelihan hewan qurban. Lantas jika ingin mendapat keutamaan yang lebih, sebaiknya umat Islam qurban kambing atau sapi?
Sebenarnya tidak masalah penggunaan kambing maupun sapi dalam berqurban. Keduanya merupakan bagian dari bahimatul an’am (binatang ternak) yang digunakan berqurban di samping unta. Namun, diantara jenis hewan tersebut, tentu ada jenis hewan yang dianggap lebih utama.
Lantas, mana hewan yang lebih utama dan bisa menjadi pertimbangan setiap muslim untuk turut berqurban?
Qurban Terbaik

Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu melihat penjelasan syariat tentang hewan terbaik dalam pelaksanaan ibadah qurban. Selain terpenuhinya syarat hewan qurban, keutamaan Idul Adha akan didapatkan jika hewan yang digunakan merupakan hewan terbaik.
Tentu hewan terbaik yang dimaksud adalah dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah telah menyebutkan karakter hewan terbaik dalam sebuah hadits yang artinya,
“Sesungguhnya qurban yang paling dicintai oleh Allah adalah hewan yang paling mahal dan paling gemuk”. (HR Ahmad)
Dalam hadits di atas, Rasulullah memang tidak menyebut jenis hewan secara spesifik. Sehingga keutamaan qurban kambing, sapi maupun unta tidak bisa dibedakan. Namun, dari karakter yang beliau sebutkan, hewan terbaik dapat dilihat dari keadaannya.
Dari jenis hewan ternak yang digunakan berqurban, unta berada di posisi pertama, terutama terkait harga. Setelah itu baru sapi lalu kambing. Dan jika dilihat dari sudut pandang dagingnya, unta pun paling besar kemudian sapi lalu kambing.
Lalu apakah unta lebih utama untuk berqurban? Lalu sapi dan yang terakhir kambing? Jika memang demikian, mengapa Rasulullah cenderung memilih kambing setiap kali berqurban? Dan bagaimana dengan patungan qurban sapi?
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata yang artinya,
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila hendak menyembelih qurban, beliau membeli dua ekor kambing kibasy yang besar dan gemuk, bertanduk, berwarna putih dan terputus pelirnya. Beliau menyembelih seekor untuk umatnya yang bertauhid dan membenarkan risalah, kemudian memotong seekor lagi untuk diri beliau dan keluarga beliau”. (HR Ibnu Majah)
Lebih Utama Qurban Kambing Atau Sapi?

Dalam menjawab pertanyaan ini, para ulama pun berbeda pendapat. Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat unta lebih utama untuk berqurban, lalu sapi dan yang terakhir kambing.
Mereka berpandangan demikian karena unta memang paling mahal diantara ketiga jenis hewan qurban itu. Sedangkan sapi harganya ada di bawah unta dan kambing harganya paling murah.
Sedangkan Imam Malik berpandangan berbeda. Dengan melihat kebiasaan Rasulullah dalam berqurban, beliau menempatkan kambing lebih utama dalam pelaksanaan ibadah qurban.
Dalam menyikapi perbedaan pendapat ini dibutuhkan kejelian. Pasalnya, Rasulullah menjadikan ketiga hewan itu dalam pemberian level bagi jamaah shalat Jum’at saat datang ke masjid. Beliau menjadikannya sebagai motivasi agar umat Islam lebih cepat datang ke masjid untuk menghadiri shalat Jum’at.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa yang datang (shalat jum’at) pada jam pertama, maka seakan-akan dia mengurbankan unta. Barangsiapa yang berangkat pada jam kedua, maka seakan-akan dia berqurban dengan sapi. Barangsiapa datang pada jam ketiga, maka seakan-akan dia berqurban dengan kambing jantan. Barangsiapa berangkat pada jam keempat, maka seakan-akan dia berqurban dengan ayam. Dan barangsiapa yang berangkat pada jam kelima, seakan-akan dia berqurban dengan telur”. (HR Al-Bukhari)
Melihat hadits di atas seakan-akan menjadi penjelas tentang hewan yang lebih utama dalam berqurban. Namun untuk mendapatkan keutamaan qurban, sebaiknya lebih teliti dalam menentukan. Apalagi matan (isi) hadits merupakan sebuah perumpamaan.
Terlebih sejarah syariat qurban berkaitan dengan peristiwa Nabi Ismail ‘Alaihissalam di masa lalu. Dimana saat Nabi Ismail ‘Alaihissalam akan disembelih, para mufasir menyatakan bahwa beliau diganti dengan seekor kambing oleh Allah.
Kambing menjadi hewan pertama yang diqurbankan dalam sejarah Idul Adha. Selain itu kambing juga menjadi hewan gembalaan sebagian besar Nabi Allah. Berdasarkan hal ini bisa jadi kambing lebih utama dalam pelaksanaan ibadah qurban.
Apalagi jika pelaksanaan qurban dilakukan di Tanah Air. Penggunaan unta hampir tidak pernah dijumpai. Selain itu, saat menggunakan sapi dalam berqurban, pengadaannya pun seringkali dilakukan dengan qurban sapi patungan.
Jika memang benar yang dimaksud hewan terbaik untuk qurban adalah yang paling mahal, maka untuk pelaksanaan qurban di Tanah Air, sapi lebih utama. Dengan syarat sapi qurban adalah milik seorang shohibul qurban, bukan tujuh orang.
Dan jika tidak mampu beli sapi secara pribadi, mungkin akan lebih baik jika menggunakan kambing dalam berqurban. Berqurban merupakan representasi individu, dimana ketaatan dan keadaan masing-masingnya tentu berbeda.
Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughni 1/366 yang artinya,
“Berqurban dengan kambing lebih baik daripada unta berserikat tujuh orang, karena menumpahkan darah hewan adalah tujuan dari qurban”.
Apalagi penyembelihan hewan qurban lebih utama jika dilakukan oleh shohibul qurban. Jika hewan qurban adalah hasil patungan, bagaimana cara melakukannya?
Itulah ulasan tentang lebih utama qurban kambing atau sapi. Para shohibul yang kesulitan menunaikannya karena tak menemukan panitia qurban terdekat, kini bisa dilakukan dengan ikut serta dalam program qurban Laziskhu.
Ibadah qurban adalah tebusan diri setiap muslim, maka akan rugi jika tidak menunaikannya. Jika memang belum mampu berqurban sapi secara mandiri, kambing adalah opsi terbaik agar tetap bisa menunaikannya.
Qurban Cermin Ketakwaan

Menjadi rahasia bersama bahwa Allah menetapkan keadaan setiap hamba berbeda. Ada yang diberikan kelapangan rezeki, ada pula yang Allah uji dengan keterbatasan. Namun melihat anjuran untuk qurban, sebaiknya setiap muslim tetap berusaha menunaikannya.
Sejatinya pelaksanaan ibadah qurban menjadi cerminan ketakwaan seorang hamba. Baik kambing maupun sapi, jika qurban dilakukan dengan kemampuan terbaik sesuai keadaannya, Allah akan memberikan balasan terbaik baginya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 37 yang artinya,
“Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah. Tetapi yang sampai kepadaNya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu”.
Sebagai ibadah yang dilaksanakan setahun sekali, umat Islam perlu menyambutnya dengan senang. Jika memang mampunya qurban kambing, tidak perlu memaksakan diri. Meskipun boleh patungan sapi, qurban secara individu lebih baik untuk dilakukan.
Apalagi ibadah qurban bisa lebih dimaksimalkan dalam hal pemanfaatan. Laziskhu bersedia mendistribusikan qurban para shohibul qurban ke daerah yang jarang menunaikannya. Dengan demikian pelaksanaan ibadah qurban pun akan lebih berkesan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan setiap niat baik hambaNya, terutama dalam pelaksanaan ibadah qurban.