Setiap muslim dilarang untuk melakukan perbuatan tercela dan sombong merupakan satu diantaranya. Jika ada orang yang berlaku sombong kepada orang sombong dengan tujuan kebaikan, sebaiknya perlu berhati-hati. Secara logika, apakah keburukan yang dibalas keburukan akan melahirkan kebaikan?
Di tengah masyarakat saat ini beredar sebuah ungkapan yang perlu digali kebenarannya. Sombong kepada orang sombong menjadi ungkapan yang dijadikan dalil terhadap berlakunya perbuatan sombong. Dan tidak sedikit yang meyakini ungkapan tersebut adalah hadits, yang jika dikerjakan akan menjadi sedekah.
Sebagai orang beriman, jangan sampai mengambil ungkapan tersebut secara langsung. Sebab kesombongan hanyalah hak Allah semata. Jika ingin mendapatkan pahala sedekah, tidak perlu dengan melakukan perbuatan tercela.
Bahaya Sikap Sombong

Sebelum mengambil tindakan sombong kepada orang sombong, setiap muslim perlu mengingat bahaya dari sikap sombong. Dan berikut adalah beberapa bahayanya kesombongan:
1. Tidak Masuk Surga
Salah satu ancaman dari sikap sombong adalah akan menghalangi seorang muslim masuk surga. Dengan ini setiap muslim sebaiknya berhati-hati. Sebelum memutuskan berlaku sombong sebaiknya telah mengetahui hukum berbuat sombong kepada orang sombong.
Tidak hanya kesombongan yang besar. Bahkan orang yang memiliki kesombongan walaupun kecil pun akan menghalanginya masuk surga.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, sekalipun hanya seberat biji zarrah”. (HR Muslim)
2. Menimbulkan Permusuhan
Selain itu jika sikap ini benar-benar dilakukan, dampak buruknya akan menimbulkan permusuhan. Permusuhan sesama muslim sebaiknya tidak terjadi sebab akan memutus tali silaturahmi.
Allah telah menjelaskan ancaman dari memutuskan silaturahmi dalam sebuah hadits yang artinya:
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia (bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat) daripada perbuatan zalim dan memutus silaturahim”. (HR Abu Daud)
Jika sudah tahu tentang buruknya sikap sombong, hadits ini sebaiknya menjadi pertimbangan sebelum berlaku sombong meskipun kepada orang sombong. Jika ingin mendapatkan pahala sedekah, bisa memulainya dengan membiasakan sedekah setiap hari daripada berbuat kesombongan.
3. Calon Penghuni Neraka
Hal yang paling mengerikan terkait bahaya sikap sombong akan menjadikan seseorang menjadi penghuni neraka. Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh siapapun. Maka sebaiknya setiap muslim menghindari kesombongan meski dengan tujuan yang baik.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Maukah kalian aku beritahu siapa saja penghuni neraka? Yakni orang yang berlaku kejam, rakus dan sombong”. (HR Muttafaqun ‘Alaih)
Nah, itulah beberapa bahaya yang akan terjadi jika seorang muslim berlaku sombong. Melihat hukum sombong menurut Islam yang dilarang, sebaiknya seorang muslim menghindarinya. Dan terus mengutamakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan terpuji.
Sombong Kepada Orang Sombong
Apalagi ungkapan sombong kepada orang sombong masih diperselisihkan kedudukannya. Bahkan sebagian ulama sepakat bahwa ungkapan itu bukanlah hadits, namun perkataan para ulama semata. Daripada berharap pahala sedekah dengan melakukannya, akan lebih baik seorang muslim melakukan sedekah saat lapang dan sempit untuk mendapatkan pahala sedekah.
Dalam kitab Kasyful Khafa, Imam Al Ajluni menjelaskan bahwa ungkapan ini merupakan perkataan para ulama. Harapannya dengan melakukan hal itu dapat menjadi teguran kepada orang yang hatinya terdapat kesombongan.
Selain itu penulis kitab Bariqah Mahmudiyah pun menegaskan bahwa bersikap sombong kepada orang sombong adalah sedekah. Karena jika seseorang bersikap tawadhu di depan orang sombong akan menyebabkan dirinya terus berada dalam kesesatan. Dengan kesombongan yang dilakukan terhadapnya maka dirinya akan sadar.

Beberapa ulama pun turut menyarankan untuk sombong kepada orang sombong. Imam Asy-Syafi’i menyarankan umat Islam untuk berbuat demikian sebanyak dua kali. Imam Az Zuhri mengatakan bersikap seperti itu merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.
Namun meskipun demikian, tetaplah ujaran tersebut hanyalah perkataan para ulama. Bukanlah hadits yang datangnya dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika masih bisa untuk menempuh cara yang baik untuk tujuan yang baik, maka itu jauh lebih baik.
Termasuk ketika ingin menggapai pahala sedekah, jika masih ada cara yang baik sebaiknya cara itu yang ditempuh. Bukan lebih mengutamakan perbuatan tercela dengan niat mendapatkan kebaikan. Terlebih saat ini terdapat layanan sedekah online yang bisa digunakan untuk menggapai pahala sedekah secara lebih mudah.
Allah Menyukai Cara yang Baik
Setiap tujuan kebaikan yang ingin dicapai oleh seseorang perlu ditempuh dengan cara yang baik. Kebaikan cara yang ditempuh akan selalu berdampak kebaikan. Jika berhasil kepada tujuan, tidak hanya kepuasan yang didapatkan namun juga ridha Allah. Namun jika gagal, setidaknya cara yang baik tidak akan menimbulkan keburukan.
Semakin baik sebuah cara yang ditempuh tentu semakin mendekatkan pada cinta Allah. Sebab Allah menyukai kebaikan. Dalam akhir Surat Al Baqarah ayat 145 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Dengan demikian sudah selayaknya seorang muslim hanya memilih cara yang baik untuk mendapatkan kebaikan. Apalagi jika ingin mendapatkan pahala sedekah. Anjuran sedekah dalam Islam yang diwujudkan dengan cara yang baik jauh lebih baik daripada berlaku sombong kepada orang sombong.

Cara yang baik dalam bersedekah tidak hanya dengan menyalurkannya secara langsung. Namun juga bisa menggunakan layanan lembaga seperti Laziskhu. Tidak ada yang akan didapatkan bagi yang berbuat baik kecuali kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Ar Rahman ayat 55 yang artinya,
“Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan”.
Itulah pembahasan mengenai sombong kepada orang sombong. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membimbing setiap hambaNya untuk selalu bijaksana dalam bersikap. Termasuk bijaksana ketika ingin meraih sebuah kebaikan.